Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
cinta berarti suka sekali, atau sayang benar. Dalam pengertian lain juga
dikatakan bahwa cinta adalah munculnya rasa untuk memiliki sesuatu yang kita
cintai itu. Yang lain juga berpendapat
cinta adalah rasa senang bertemu atau bersama dia yang kita cintai. Huh... kalo
bicara soal pengertian cinta tak akan ada habisnya. Karena pada faktanya cinta
itu relatif, pengertiannya tergantung pada setiap orang yang merasakannya.
Dikatakan
kalau kau bertanya pada seribu orang yang berbeda tentang cinta mungkin kau
akan mendapatkan seribu jawaban yang berbeda pula, bahkan jika kau bertanya
pada orang tertentu tentang cinta seratus kali, bisa jadi kau juga akan
mendapat seratus jawaban yang berbeda. Tapi disini bukan pengertian cinta yang
ingin dibahas, tapi tentang siapa yang pantas dicintai?. Karena cinta itu juga
merupakan salah satu fitnah untuk menguji manusia. Akhir-akhir ini terdapat
banyak sekali kekeliruan orang dalam memaknai cinta disebabkan ia menempatkan
cinta pada orang yang salah.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran :14)
Lalu siapa yang sebenarnya pantas
dicintai?.
1. Allah Swt.
Sudah sepatutnya bagi seorang mukmin
untuk mencintai Tuhannya, itulah alasan dibalik mengapa bayi yang baru lahir
diadzani ditelinga kanan, dan iqamat di telinga kirinya, agar yang pertama kali
mereka kenali adalah Tuhannya.
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ......
"Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah"(QS. Al-Baqoroh : 165)
Bagaimana tidak
cinta? Allah yang telah menghidupkan kita, melindungi, memberi rizqi serta
rahmat-Nya pada kita. Wajiblah bagi seorang mukmin untuk menempatkan Allah pada
urutan pertama sebagai Dzat yang dicintainya. Kita lihat para pendahulu kita,
mereka rela tidak tidur semalaman suntuk demi cintanya pada Allah Swt., di
kejadian lain bahkan rela mengorbankan harta dan jiwa mereka.
Jika tak mampu
melakukan amalan sedemikian rupa untuk membuktikan cinta, maka gunakanlah
ucapan kita, agungkan rasa cinta pada Tuhanmu dengan lisan, jika masih tak
mampu pula, maka gunakan perasaan, mengaku cinta Allah dari hati terdalam.
2. Rasulullah
Muhammad SAW
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku
lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Sahabat Khubaib bin Adi berkata sebelum
ia dihukum mati oleh orang-orang kafir
Quraisy “aku tak akan membiarkan Muhammad tertusuk duri pun, hanya agar bisa
duduk di rumah bersama keluargaku”. Bahkan di sisi lain juga ada ungkapan yang
merupakan semboyan dari para sahabat “biarkan ayah dan ibuku menjadi
tebusanmu.” Hal tersebut menunjukan betapa luar biasanya cinta para sahabat
pada Nabi Muhammad.
Mengapa
kita harus mencintai beliau? Karena beliau juga mencintai kita sebagai umatnya.
Setiap Nabi itu punya mukjizat luar biasa sebagai bentuk pertolongan Allah
dalam menghadapi kaumnya.. seperti bahtera Nabi Nuh, Tongkat Nabi Musa, Unta
Nabi Shaleh dan sebagainya. Namun Nabi Muhammad tak menggunakan kesempatan
untuk itu. Nabi Muhammad mengubah kesempatan tersebut untuk dijadikan syafaat
bagi umatnya kelak. Kenapa Nabi melakukan itu, karena kasih sayang dan cintanya
pada umat.
Juga
kisah ketika Rasulullah hendak mangkat Intaqo Ila Rofiqil A’la yang
beliau ingat bukan ahli bait, melinkan kita umatnya. Beliau bersabda ‘Ummatii..
Ummatii.. Ummati...’ beliau rela menahan sakaratul maut yang begitu dahsyat
demi meringankan sakaratul maut umatya. Sedemikian besar cintanya pada kita,
lalu pantaskah kita tak mencintainya. Bayangkan betapa sakit hati Nabi ketika
umatnya tidak mencintainya. Kalian yang pernah tertolak cintanya pasti tau.
Bukanlah umat Muhammad yang tak mencintai Muhammad.
3. Orang Tua
Pepatah mengatakan “Jika anak
jatuh ke sumur, orangtua akan langsung meloncat ke sumur demi menolong anaknya
itu, sedangkan jika orangtua jatuh ke sumur si anak akan berpikir terlebih
dahulu bagaimana cara untuk menyelamatkan orang tuanya.” Cinta anak pada
orangtua itu masih melibatkan akal didalamnya, sementara cinta orangtua pada
anak menghilangkan akal fikiran, saking besarnya.
Banyak sekali dalil yang menyatakan
keharusan mencintai orangtua, tapi seharusnya bukan karena itu kita mencintai
mereka, tak usah menunggu perintah Tuhan untuk mencintai ibu dan bapak, bagaimana
mereka merawat kita sejak lahir, tumbuh hingga dewasa, segala jerih payah
mereka membiayai hidup dan pendidikan kita. Semua itu seharusnya secara
otomatis membuat kita cinta pada mereka. Jika masih belum menjadi cinta, maka
selama itu ia bisa dianggap anak durhaka.
4. Istri/Suami
Nah, jadi istri/suami itu masih
berada di urutan keempat orang yang patut dicintai. Maka dari itu jangan sampai
istri-istrimu membuatmu lalai untuk melaksanakan kewajiban Tuhanmu, jangan
sampai membuatmu berpaling dari rasulmu, jangan sampai lebih diutamakan
daripada orang tuamu.
وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ
“tidak mencintai
seseorang kecuali karena Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah satu tanda cinta karena Allah adalah tambah dan tumbuhnya kebaikan pasangan sehabis pernikahan. Semakin taatnya pada Allah, semakin dekat pada Allah karena si dia. Karena sejak awal niatnya nikah ya memang niat untuk ibadah, mengikuti sunnah Rasul, niat bersama untuk menuju Allah
Selain empat hal diatas sebenarnya masih banyak objek yang bisa kita cintai, seperti harta, keturunan, dan lain-lain. namun segala cinta pada akhirnya akan tetap bermuara pada empat diatas. Kita mencintai anak karena istri, mencintai istri karena orang tua, hingga ujung-ujungnya pun mencintai karena Allah dan Rasul-Nya. itulah yang disebut muara cinta yang sesungguhnya.













