Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Mei 2020

Kemana Cinta Bermuara?

             Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cinta berarti suka sekali, atau sayang benar. Dalam pengertian lain juga dikatakan bahwa cinta adalah munculnya rasa untuk memiliki sesuatu yang kita cintai itu.  Yang lain juga berpendapat cinta adalah rasa senang bertemu atau bersama dia yang kita cintai. Huh... kalo bicara soal pengertian cinta tak akan ada habisnya. Karena pada faktanya cinta itu relatif, pengertiannya tergantung pada setiap orang yang merasakannya.

            Dikatakan kalau kau bertanya pada seribu orang yang berbeda tentang cinta mungkin kau akan mendapatkan seribu jawaban yang berbeda pula, bahkan jika kau bertanya pada orang tertentu tentang cinta seratus kali, bisa jadi kau juga akan mendapat seratus jawaban yang berbeda. Tapi disini bukan pengertian cinta yang ingin dibahas, tapi tentang siapa yang pantas dicintai?. Karena cinta itu juga merupakan salah satu fitnah untuk menguji manusia. Akhir-akhir ini terdapat banyak sekali kekeliruan orang dalam memaknai cinta disebabkan ia menempatkan cinta pada orang yang salah.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran :14)

Lalu siapa yang sebenarnya pantas dicintai?.

1.      Allah Swt.

Sudah sepatutnya bagi seorang mukmin untuk mencintai Tuhannya, itulah alasan dibalik mengapa bayi yang baru lahir diadzani ditelinga kanan, dan iqamat di telinga kirinya, agar yang pertama kali mereka kenali adalah Tuhannya.

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ......

"Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah"(QS. Al-Baqoroh : 165)

Bagaimana tidak cinta? Allah yang telah menghidupkan kita, melindungi, memberi rizqi serta rahmat-Nya pada kita. Wajiblah bagi seorang mukmin untuk menempatkan Allah pada urutan pertama sebagai Dzat yang dicintainya. Kita lihat para pendahulu kita, mereka rela tidak tidur semalaman suntuk demi cintanya pada Allah Swt., di kejadian lain bahkan rela mengorbankan harta dan jiwa mereka.

Jika tak mampu melakukan amalan sedemikian rupa untuk membuktikan cinta, maka gunakanlah ucapan kita, agungkan rasa cinta pada Tuhanmu dengan lisan, jika masih tak mampu pula, maka gunakan perasaan, mengaku cinta Allah dari hati terdalam.

2.      Rasulullah Muhammad SAW

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

             Sahabat Khubaib bin Adi berkata sebelum ia  dihukum mati oleh orang-orang kafir Quraisy “aku tak akan membiarkan Muhammad tertusuk duri pun, hanya agar bisa duduk di rumah bersama keluargaku”. Bahkan di sisi lain juga ada ungkapan yang merupakan semboyan dari para sahabat “biarkan ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.” Hal tersebut menunjukan betapa luar biasanya cinta para sahabat pada Nabi Muhammad.

            Mengapa kita harus mencintai beliau? Karena beliau juga mencintai kita sebagai umatnya. Setiap Nabi itu punya mukjizat luar biasa sebagai bentuk pertolongan Allah dalam menghadapi kaumnya.. seperti bahtera Nabi Nuh, Tongkat Nabi Musa, Unta Nabi Shaleh dan sebagainya. Namun Nabi Muhammad tak menggunakan kesempatan untuk itu. Nabi Muhammad mengubah kesempatan tersebut untuk dijadikan syafaat bagi umatnya kelak. Kenapa Nabi melakukan itu, karena kasih sayang dan cintanya pada umat.

            Juga kisah ketika Rasulullah hendak mangkat Intaqo Ila Rofiqil A’la yang beliau ingat bukan ahli bait, melinkan kita umatnya. Beliau bersabda ‘Ummatii.. Ummatii.. Ummati...’ beliau rela menahan sakaratul maut yang begitu dahsyat demi meringankan sakaratul maut umatya. Sedemikian besar cintanya pada kita, lalu pantaskah kita tak mencintainya. Bayangkan betapa sakit hati Nabi ketika umatnya tidak mencintainya. Kalian yang pernah tertolak cintanya pasti tau. Bukanlah umat Muhammad yang tak mencintai Muhammad.

3.      Orang Tua

Pepatah mengatakan “Jika anak jatuh ke sumur, orangtua akan langsung meloncat ke sumur demi menolong anaknya itu, sedangkan jika orangtua jatuh ke sumur si anak akan berpikir terlebih dahulu bagaimana cara untuk menyelamatkan orang tuanya.” Cinta anak pada orangtua itu masih melibatkan akal didalamnya, sementara cinta orangtua pada anak menghilangkan akal fikiran, saking besarnya.

Banyak sekali dalil yang menyatakan keharusan mencintai orangtua, tapi seharusnya bukan karena itu kita mencintai mereka, tak usah menunggu perintah Tuhan untuk mencintai ibu dan bapak, bagaimana mereka merawat kita sejak lahir, tumbuh hingga dewasa, segala jerih payah mereka membiayai hidup dan pendidikan kita. Semua itu seharusnya secara otomatis membuat kita cinta pada mereka. Jika masih belum menjadi cinta, maka selama itu ia bisa dianggap anak durhaka.

4.      Istri/Suami

Nah, jadi istri/suami itu masih berada di urutan keempat orang yang patut dicintai. Maka dari itu jangan sampai istri-istrimu membuatmu lalai untuk melaksanakan kewajiban Tuhanmu, jangan sampai membuatmu berpaling dari rasulmu, jangan sampai lebih diutamakan daripada orang tuamu.

وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ

tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu tanda cinta karena Allah adalah tambah dan tumbuhnya kebaikan pasangan sehabis pernikahan. Semakin taatnya pada Allah, semakin dekat pada Allah karena si dia. Karena sejak awal niatnya nikah ya memang niat untuk ibadah, mengikuti sunnah Rasul, niat bersama untuk menuju Allah 

            Selain empat hal diatas sebenarnya masih banyak objek yang bisa kita cintai, seperti harta, keturunan, dan lain-lain. namun segala cinta pada akhirnya akan tetap bermuara pada empat diatas. Kita mencintai anak karena istri, mencintai istri karena orang tua, hingga ujung-ujungnya pun mencintai karena Allah dan Rasul-Nya. itulah yang disebut muara cinta yang sesungguhnya.

0 komentar:

Posting Komentar