Cari Blog Ini

Jumat, 29 Mei 2020

Kisah Guru #3 : Syaikhona Kholil dan si Pecandu Gula


            Sebagai seorang ulama’ yang masyhur kewaliannya, Kyai Kholil Bangkalan seringkali menjadi pakar konsultasi berbagai elemen masyarakat, dari petani,pedagang,pejabat hingga permerintahan kolonial Belanda pun terkadang mendatangi beliau untuk meminta solusi permasalahan, terutama mereka tinggal di sekitaran Pulau Madura.

            Dikisahkan bahwa pernah suatu hari beliau kedatangan tamu, yaitu seorang bapak dari desa. Ternyata si bapak datang untuk mengeluhkan perihal kecanduan anaknya pada gula-gula. “Anak saya tidak mau berhenti makan gula Kyai. Jajanan anak saya kalau tidak permen, ya gula. Saya khawatir anak saya ini terkena penyakit karena kebanyakan makan gula. Tolong saya diberi sesuatu atau obat agar anak saya mau berhenti makan gula.”

            Mendengar keluhan tersebut, Kyai Kholil berpikir sejenak lalu bertanya “bapak ini setiap harinya hanya minum air?”. “tidak Kyai, kadang minum kopi atau teh juga” jawab si bapak. “Pakai gula?” tanya Kyai Kholil kembali. Si bapak kembali mengiyakan.

            Setelah percakapan itu Kyai Kholil malah menyuruh si bapak pulang dan kembali lagi setelah tiga hari dengan membawa anaknya. dalam perjalanan pulang fikiran si bapak dipenuhi dengan pertanyaan, mengapa disuruh pulang bukannya diberi sesuatu atau dido’akan?. Tapi si bapak sudah percaya dengan Kyai. 

            Akhirnya tiga hari berlalu, si bapak datang lagi serta membawa anaknya yang candu gula-gula itu.

            “Nak, kamu jangan suka makan gula lagi ya?” ucap Kyai pada si anak. Serasa aneh saat anak itu mendengarnya, seperti ada ketentraman yang masuk dalam hati, menyegarkan. “Enggeh Kyai.” Jawab si anak. Setelah itu Kyai Kholil tak berbuat apa-apa lagi, malahan mengajak anak itu mengobrol tentang dunia kekanakan. Hal ini tentu membuat si bapak terheran-heran, mengapa tidak dido’akan juga. Ingin menyanggah tapi segan pada Kyai.

            “Saya kira saya sudah menuruti kemauan bapak. Saya sudah menasehati agar anak bapak tidak makan gula lagi.” Kata Kyai tiba-tiba. Bapak yang mendengarnya semakin kebingungan “begitu saja Kyai?” karena tak tahan akhirnya si bapak bertanya lebih lanjut juga. “kenapa anak saya hanya dinasehati seprti itu kyai. Kalau hanya nasehat, saya sebagai bapak sudah tak terhitung lagi menasehatinya."

            “Disitulah permasalahannya?”

            “Maksud kyai?”

            “Begini pak, kenapa sampeyan saya suruh pulang dulu tiga hari kemarin. Karena selama tiga hari itu saya berdo’a dan berpuasa seraya menghindari makan gula. Agar nanti ketika saya menasihati anak bapak. Omongan saya dapat dipercaya.” si bapak manggut-manggut paham sekaligus kagum. ternyata ulama' sekaliber KH. Kholil pun masih perlu seperti itu agar dipercaya omongannya.

            Pelajaran yang patut diambil disini adalah ‘jika ingin ucapanmu dituruti orang, maka pastikan apa yang kau ucap itu sudah biasa kau lakukan lebih dahulu’. Misalkan menyuruh seorang untuk sholat pastikan diri kita sendiri sudah sholat terlebih dahulu. Karena jika kau menyuruhnya sementara dirimu sendiri belum sholat, maka perintahmu hanya sia-sia.

            Akhirnya si bapak tadi pulang dengan membawa kisah keteladanan dari Kyai Kholil yang bisa kita ketahui hingga sekarang.


0 komentar:

Posting Komentar