KH. Bisri Musthofa merupakan salah satu Ulama’ Nusantara yang produktif
dalam berkarya, terutama dalam bidang sastra dan kepenulisan. Sudah ratusan
buku atau kitab-kitab karangan beliau, salah satu diantara karyanya yang
fenomenal adalah kitab Tafsir Al-Ibriz yang ditulis dengan aksara jawa
pegon.
Ada suatu kisah unik tentang beliau
yang kami nukil dari bukuPetuah bijak karya A. Yasin Muthohar. Suatu hari KH.
Ali Makshum pengasuh Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta pernah berbincang
dengan beliau KH. Bisri Musthofa. Dalam perbincangan tersebut Kyai Ali bertanya
“Sampeyan ini kok bisa nulis
banyak banget begitu, memang rahasianya apa toh, Kang?” ungkap Kiai Ali kagum. “Aku ini kok enggak bisa seperti
sampeyan. Saat punya ide nulis yang banyak, tapi waktu pegang pena rasanya kok
mendadak ide-ide yang banyak itu jadi hilang entah kemana.”
Kyai
Bisri hanya tersenyum menanggapi, lalu berdawuh “Sampeyan itu nulisnya lillahi
ta’ala sih kang, ikhlas, bener-bener cuma buat Allah, jadinya ya susah.
Enggak bakalan bisa selesai kalau begitu.”
“Lha? Maksudnya
gimana itu kang.” Kyai Ali kebingungan mendengar ungkapan Kyai Bisri yang
terdengar ganjil itu.
. “Begini Kang Ali,” kata Kiai Bisri
sambil membenarkan duduknya. “Kalau kita nulis dengan perasaan ikhlas, akhirnya
setan-setan akan menganggu kita. Ya, jadinya kita enggak selesai-selesai
menulis. Lha gimana? Diganggu setan.” Kyai Bisri melanjutkan “Nah, biar bisa selesai nulisnya, kita jangan ikhlas
nulisnya. Diniatkan aja untuk cari uang, cari ketenaran, cari pengakuan. Jika
kayak begitu, kita jadi seperti penjahit. Penjahit enggak bakal berpindah jahit
kain lain sebelum kain yang sekarang selesai dijahit. Jadi sebelum selesai
nulisnya, kita enggak akan berpindah ke mana-mana sebelum tulisannya selesai. Begitu
tulisannya selesai, baru kita niatkan untuk dakwah, menyebarkan ilmu, mengajar
ke masyarakat, dan lain-lain,” jelas Kiai Bisri.
“Owalah, gitu toh kang.” Sambut Kiai Ali
terkesima dengan penjelasan Kyai Bisri
“Kalau sejak awal sudah ikhlas nulisnya, diniatkan untuk
dakwah, menyebarkan ilmu, memberi manfaat ke masyarakat banyak, waduh, minta
ampun Kang Ali, pasti bakalan banyak banget setan yang akan datang mengganggu. Apalagi ini Kiai Ali Maksum, sudah tentu semakin semangat
setan mengganggunya. Nah, untuk itulah kita harus memanfaatkan kedatangan setan
itu. Begitu mereka tahu kita nulis pakai niat cari untung, ketenaran, dan
macam-macam, maka justru semakin semangat kita. Setan juga akan datang tapi
malah memberi tenaga tambahan. Ide-ide baru juga bisa keluar, tulisan jadi
semakin kaya, semakin variatif,” kata Kiai Bisri
“Jadi intinya, kita harus pandai-pandai menipu setan buat
jadi bagian dari motivasi, ya?” balas Kiai Ali sambil terkekeh.
Begitulah
terkadang, kita memang perlu unsur ke duniawi-an agar dapat memotivasi kita
untuk giat bekerja atau belajar. Asalkan hal tersebut dilakukan dengan ilmu
sebagaimana yang dicontohkan Kyai Bisri dalam cerita. Perlu digaris bawahi bahwa unsur duniawi nya
itu hanya untuk memotivasi diri bukanlah prioritas utama kita bekerja, agar
kita bisa bekerja sebagaimana penjahit bekerja, yaitu enggak bakal berpindah jahit kain lain
sebelum kain yang sekarang selesai dijahit. Jadi
sebelum selesai kerjanya, kita enggak akan berpindah ke mana-mana sebelum kerjanya selesai.







0 komentar:
Posting Komentar