...فَسَوْفَ يَأْتِي اللّٰهُ
بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗ...
“Maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya” (Qs. Al-Maidah :55)
Sejumlah ahli tafsir mengatakan tak ada yang
mengherankan dalam “mereka pun mencintai-Nya” Namun yang mengherankan
adalah lafadz sebelumnya dimana “Dia mencintai mereka”. Allah Yang
menciptakan, Dia yang memberi perlindungan, rasa aman, serta rizqi yang berlimpah
dan bahkan Dia juga mencintainya.
Habib Ali Zainal Abidin Al-Kaff
dalam majelisnya berdawuh, bukan cari surgaNya tapi carilah cintaNya. Ibaratkan
jika kita mencintai seseorang, apapun yang ia lakukan, baik ataupun buruk pasti
kita respon baik bukan?. Maka jika seseorang hamba telah dicintai Rabbnya
apapun yang ia lakukan akan direspon baik oleh Allah Swt. Segala bentuk
ibadahnya mudah diterima bahkan dilipatgandakan, do’a-do’anya cepat dikabulkan
bahkan segala maksiatnya pun mudah untuk mendapat ampunan-Nya. Insya Allah.
Diriwayatkan bahwa di zaman
Rasulullah ada seorang sahabat yang amat disukai Rasulullah. Menurut riwayat, kehadirannya selalu membuat Rasulullah tersenyum gembira, namanya Nu’aiman.
Padahal sahabat Nu’aiman ini dikenal sebagai orang yang nakal dan jail pada
sahabat yang lain, jangankan sahabat, Rasul sendiripun pernah ia kerjai. Pernah
suatu hari ia mehidangkan madu pada Rasulullah, tapi setelah madu itu habis
didahar Rasulullah bersama sahabat yang lain, Nu’aiman datang lagi namun dengan
membawa si pedagang madu yang menagih harga untuk madu yang dibawa Nu'aiman dan meminta Rasulullah untuk segera membayarkan madu itu.
Ketika ditanyai Nu’aiman hanya menjawab “tidaklah ada suatu barang bagus
yang baru masuk ke kota Madinah kecuali aku ingin mempersembahkannya untukmu
wahai Rasulullah, hanya saja aku tidak punya uang.”
Dalam sudut pandang kita
mungkin hal tersebut merupakan perbuatan yang amat keterlaluan. Tapi tidak
demikian dengan Rasulullah, Beliau tetap senang apabila melihat Nu’aiman hadir
di majlisnya. Hal tersebut karena Nu’aiman cinta pada Rasul dan Rasul pun
mencintainya. Bahkan suatu riwayat menyebutkan ia mencintai Allah dan Rosul-Nya
dan dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Makanya sekali lagi bukan cari
surga Allah tapi cari cinta dan ridlo-Nya. Karena surga itu masih makhluq
Allah, namun cinta dan ridlo-Nya itulah yang luar biasa. Orang yang mendapat
surga belum tentu mendapat cinta-Nya tapi orang yang telah mendapat cinta-Nya
pasti mendapat surga.
Ada juga seorang sahabat yang sangat
suka membaca ‘Qul huwallahu Ahad.’ bacaan itu selalu diulang-ulangnya
dalam setiap rakaat sholat dan dalam setiap dzikirnya. Selalu diingat untuk
menyegarkan hatinya selalu digumamkan untuk menggerakkan tubuhnya. Maka
Rasulullah bersabda “kecintaanmu pada-Nya akan membuatmu masuk surga”.
Ada banyak kisah cinta antara makhluk dan Tuhannya di dunia ini, seperti
kisah pari Auliya’illah, para sahabat. Mereka yang sampai menghabiskan
semalaman suntuk untuk membuktikan cinta mereka, mereka yang harus gugur di
medan perang karena membela perasaan cinta yang tumbuh dalam dada. Semua itu
mungkin masih sulit bagi kita, berat bagi kita menirunya dan perkembangan zaman
sudah menyempitkan kesempatan kita untuk melaksanakannya.
Tapi dari dua kisah diatas ambilah
sebuah pelajaran bahwa cinta itu tak harus langsung menjurus sebuah pembuktian
besar, karena cinta itu tumbuh dalam hati, hakikat pertama dari cinta adalah
perasaan yang kemudian menuju pada perbuatan. Lihatlah bagaimana 4 ayat surat
Al-Ikhlas yang biasa dibaca anak-anak Tk dapat menjadi sebuah cinta. Lihatlah
bagaimana sebuah keisengan dapat menjadi pembuktian cinta.
Maka mari kita tumbuhkan perasaan cinta dalam hati kita masing-masing. Sadarkan
diri ini atas kemaha pemurahan Allah, ingatlah butiran nikmat yang telah Dia
anugerahkan pada kita, yang pasti kita tak akan mampu menghitungkannya seperti
butiran pasir di laut. Dan tumbuhkan perasaan cinta itu dengan semua hal itu. Awalilah dengan merasa, perbuatan atau pembuktian Insya Allah akan ikut tumbuh
berkembang seiring tumbuh dan berkembangnya perasaan.







0 komentar:
Posting Komentar