اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَاِنَّمَا
لِكُلٍّ امْرِئٍ مَّا نَوَي
“Sesungguhnya
setiap amal bergantung pada niatnya, dan setiap seseorang akan mendapat sesuai
apa yang ia niatkan”
Hadits tersebut mungkin sudah tak
asing lagi di telinga kita, apalagi anak pesantren pasti sudah mengenal sabda
Nabi tersebut bahkan dengan arabnya sekaligus. Namun sebagian dari orang yang
tau hadits tersebut banyak yang salah kaprah dalam menanggapi makna dari hadits
tersebut. Mereka beranggapan segala perbuatan bisa diubah sesuai dengan niat
dari dalam hati. Seperti sholat cukup dengan niat saja, atau seperti paham
terorisme, mereka membunuh siapa saja dengan niat jihad. Jelas-jelas salah
pemahaman yang seperti ini atau semacamnya.
Maka dari itu ‘niat’ kita, sebaik
apapun harus tetap di sesuaikan dengan perbuatan kita. Dibawah ini adalah
beberapa penyesuaian yang cocok antara niat dan amal (perbuatan).
1. Niat baik untuk hal yang baik
Ketika kita berniat melakukan kebaikan kita sudah mendapat pahala bahkan
meski pada akhirnya kita tidak melakukannya kita tetap mendapat pahala niat
jadi kita akan mendapat dua pahala, pahala niat dan pahala berbuat. Berbeda
jika kita berniat buruk, kita tak akan mendapat dosa hingga keburukan itu kita
perbuat. Itulah istimewanya sebuah niat, maka perbanyaklah berniat baik, syukur
jika akhirnya bisa menyempurnakannya dengan amal. jika tidak, setidaknya sudah
dapat pahala niat.
2. Niat baik pada hal yang buruk
Banyak kesalah pemahaman dalam bagian itu, sebagian orang mengira bahwa
niat baik bisa membelokkan semua amal buruk menjadi baik, yang ‘penting niatnya
baik’ gitu katanya. Padahal dalam konteks seperti ini kami masih membaginya
dalam 3 bagian :
a. Amal yang merusak aqidah, amal/perbuatan
seperti ini tak bisa diubah menjadi baik sebaik apapun niatnya. Misalkan sholat
tanpa harus rukuk atau sujud dengan alasan yang penting sudah benar-benar niat
untuk sholat. Karena hal semacam ini sudah ada aturannya, ada syarat dan
rukunnya yang tak bisa diganggu gugat.
b. Amal yang merugikan orang, amal buruk semacam
ini pun juga tak bisa diubah dengan baiknya niat. Ingatlah kisah Sunan Kalijaga
ketika dia masih menjadi brandal Lokajaya, beliau mencuri dengan niat membantu
rakyat faqir. Maka ketika bertemu dengan Sunan Bonang, beliau dinasehati bahwa
hal tersebut masihlah tidak benar, karena pencuriannya tersebut merugikan
orang. Hal seperti ini diibaratkan mencuci baju dengan air kencing, tak ada
gunanya, yang ada Cuma semakin najis kan?
c. Amal buruk yang bisa diubah dengan niatan
baik, yaitu amal buruk yang dilakukan untuk membantu atau mendatangkan manfaat
pada orang lain. Misalkan seseorang yang menghempaskan orang buta hingga
terjatuh, pada dasarnya ia telah berbuat jahat tetapi ia melakukan hal tersebut
untuk menghalangi si buta dari jatuh ke jurang. Maka perbuatan tersebut
tergolong sebagai perbuatan baik. Atau contoh lainnya orang yang berbohong demi
menyelamatkan seseorang lainnya dari pembunuhan.
3. Niat baik untuk perbuatan yang sia-sia
Nah, niat yang semacam ini bisa mengubah amal yang asalnya sia-sia menjadi
berfaidah bahkan mendatngkan pahala, Insya Allah. Hal ini diibaratkan
seperti seseorang yang mendaur ulang sampah menjadi kerajinan, mengubah hal
yang tak ada guna menjadi berguna. Misalkan tidur siang hari, tidur siang
merupakan amal yang tak berfaidah namun jika diniatkan untuk menghemat tenaga
agar bisa Qiyamul Lail, maka tidur seperti itu menjadi tidur berfaidah.
Atau contoh lainnya begadang, begadang tak ada artinya namun jika diniatkan
untuk menjaga stabilitas keamanan komplek maka sudah berubah konteksnya. Dan
banyak contoh yang lain lagi.
Demikian yang dapat kami paparkan,
sekian dan terima kasih.






0 komentar:
Posting Komentar