Cari Blog Ini

Minggu, 24 Mei 2020

Sesuaikan Niat



اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَاِنَّمَا لِكُلٍّ امْرِئٍ مَّا نَوَي
“Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya, dan setiap seseorang akan mendapat sesuai apa yang ia niatkan”

            Hadits tersebut mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita, apalagi anak pesantren pasti sudah mengenal sabda Nabi tersebut bahkan dengan arabnya sekaligus. Namun sebagian dari orang yang tau hadits tersebut banyak yang salah kaprah dalam menanggapi makna dari hadits tersebut. Mereka beranggapan segala perbuatan bisa diubah sesuai dengan niat dari dalam hati. Seperti sholat cukup dengan niat saja, atau seperti paham terorisme, mereka membunuh siapa saja dengan niat jihad. Jelas-jelas salah pemahaman yang seperti ini atau semacamnya.
            Maka dari itu ‘niat’ kita, sebaik apapun harus tetap di sesuaikan dengan perbuatan kita. Dibawah ini adalah beberapa penyesuaian yang cocok antara niat dan amal (perbuatan).
1.      Niat baik untuk hal yang baik
Ketika kita berniat melakukan kebaikan kita sudah mendapat pahala bahkan meski pada akhirnya kita tidak melakukannya kita tetap mendapat pahala niat jadi kita akan mendapat dua pahala, pahala niat dan pahala berbuat. Berbeda jika kita berniat buruk, kita tak akan mendapat dosa hingga keburukan itu kita perbuat. Itulah istimewanya sebuah niat, maka perbanyaklah berniat baik, syukur jika akhirnya bisa menyempurnakannya dengan amal. jika tidak, setidaknya sudah dapat pahala niat.

2.      Niat baik pada hal yang buruk
Banyak kesalah pemahaman dalam bagian itu, sebagian orang mengira bahwa niat baik bisa membelokkan semua amal buruk menjadi baik, yang ‘penting niatnya baik’ gitu katanya. Padahal dalam konteks seperti ini kami masih membaginya dalam 3 bagian :
a.       Amal yang merusak aqidah, amal/perbuatan seperti ini tak bisa diubah menjadi baik sebaik apapun niatnya. Misalkan sholat tanpa harus rukuk atau sujud dengan alasan yang penting sudah benar-benar niat untuk sholat. Karena hal semacam ini sudah ada aturannya, ada syarat dan rukunnya yang tak bisa diganggu gugat.
b.       Amal yang merugikan orang, amal buruk semacam ini pun juga tak bisa diubah dengan baiknya niat. Ingatlah kisah Sunan Kalijaga ketika dia masih menjadi brandal Lokajaya, beliau mencuri dengan niat membantu rakyat faqir. Maka ketika bertemu dengan Sunan Bonang, beliau dinasehati bahwa hal tersebut masihlah tidak benar, karena pencuriannya tersebut merugikan orang. Hal seperti ini diibaratkan mencuci baju dengan air kencing, tak ada gunanya, yang ada Cuma semakin najis kan?
c.       Amal buruk yang bisa diubah dengan niatan baik, yaitu amal buruk yang dilakukan untuk membantu atau mendatangkan manfaat pada orang lain. Misalkan seseorang yang menghempaskan orang buta hingga terjatuh, pada dasarnya ia telah berbuat jahat tetapi ia melakukan hal tersebut untuk menghalangi si buta dari jatuh ke jurang. Maka perbuatan tersebut tergolong sebagai perbuatan baik. Atau contoh lainnya orang yang berbohong demi menyelamatkan seseorang lainnya dari pembunuhan.

3.      Niat baik untuk perbuatan yang sia-sia
Nah, niat yang semacam ini bisa mengubah amal yang asalnya sia-sia menjadi berfaidah bahkan mendatngkan pahala, Insya Allah. Hal ini diibaratkan seperti seseorang yang mendaur ulang sampah menjadi kerajinan, mengubah hal yang tak ada guna menjadi berguna. Misalkan tidur siang hari, tidur siang merupakan amal yang tak berfaidah namun jika diniatkan untuk menghemat tenaga agar bisa Qiyamul Lail, maka tidur seperti itu menjadi tidur berfaidah. Atau contoh lainnya begadang, begadang tak ada artinya namun jika diniatkan untuk menjaga stabilitas keamanan komplek maka sudah berubah konteksnya. Dan banyak contoh yang lain lagi.
            Demikian yang dapat kami paparkan, sekian dan terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar